GUNUNGKIDUL — Warga Padukuhan Wukirsari, Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, kembali dibuat resah oleh bau sampah menyengat yang diduga kuat bersumber dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wukirsari. Bau busuk yang bercampur limbah sedotan WC itu tercium hampir setiap hari dan semakin menyengat saat sore hari serta musim penghujan.
Ironisnya, kondisi tersebut bukan hal baru bagi warga. Bertahun-tahun hidup berdampingan dengan TPA, masyarakat Wukirsari seolah dipaksa menerima dampak lingkungan tanpa kepastian solusi yang nyata dari pihak pengelola maupun pemerintah daerah.
Dukuh Wukirsari, Sutrisno, menyebut bau menyengat telah melewati batas kewajaran dan mengganggu aktivitas serta kenyamanan warga.
“Wis… jan tobat tenan. Bau busuk sampah itu setiap hari kami hirup. Apalagi sore hari. Harapan saya bau ini bisa sampai ke Pemda Gunungkidul, biar sama-sama merasakan,” tegas Sutrisno saat ditemui di Kantor Kalurahan Baleharjo, Senin (15/12/2025).
Menurutnya, warga tidak menolak keberadaan TPA. Namun, pengelolaan yang tidak maksimal justru menempatkan warga sebagai pihak yang paling dirugikan. Terlebih, pengelola tetap memungut retribusi dari sampah dan limbah, sementara dampak bau harus ditanggung masyarakat sekitar.
Diketahui, pengelolaan sampah di TPA Wukirsari berada di bawah Dinas Lingkungan Hidup (DLH), sedangkan limbah sedotan WC dikelola DPUPRKP. Retribusi sampah dipungut berdasarkan berat, yakni Rp 27 per kilogram. Dengan volume sekitar 50 ton sampah per hari, pengelolaan TPA Wukirsari menghasilkan pemasukan rutin bagi daerah.
Namun demikian, pemasukan tersebut dinilai tidak sebanding dengan upaya pengendalian dampak lingkungan bagi warga terdampak.
Kepala UPT Kebersihan dan Pertamanan, Heri, mengakui adanya ketidaknyamanan yang dirasakan warga. Ia berdalih bau menyengat dipicu aktivitas pemasangan jaringan pipa biogas dalam beberapa pekan terakhir.
“Atas nama UPT dan pribadi, saya minta maaf atas ketidaknyamanan warga. Saat ini kami memang sedang melakukan pemasangan pipa biogas, sehingga saat penggalian sampah menimbulkan bau,” ujarnya.
Meski begitu, warga menilai alasan tersebut tidak sepenuhnya tepat. Pasalnya, setiap memasuki musim penghujan, bau busuk dari TPA selalu meningkat, bahkan tanpa adanya proyek pemasangan pipa. Kondisi ini memunculkan pertanyaan tentang kesiapan dan keseriusan pengelola dalam mengantisipasi dampak lingkungan tahunan.
Warga mendesak Pemda Gunungkidul tidak hanya berhenti pada permintaan maaf, tetapi turun langsung melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan TPA Wukirsari. Selain perbaikan sistem pengolahan sampah dan limbah, warga juga menuntut adanya bentuk tanggung jawab konkret berupa pengurangan tumpukan sampah, pengendalian bau, hingga kompensasi bagi masyarakat yang selama ini terdampak langsung.
Jika tidak ada langkah nyata, warga khawatir TPA Wukirsari justru menjadi sumber masalah lingkungan yang dibiarkan berlarut-larut, sementara masyarakat sekitar terus dipaksa beradaptasi dengan bau busuk yang menggerus kualitas hidup mereka.





0 Komentar