Iklan

header ads

Kunjungan Kontingen Pekan Daerah (PEDA) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) 2025,Para Peserta Menggalih Ilmu di Kalurahan Ngestirejo Tanjungsari

 


Warta Dhaksinarga - Kabupaten Gunungkidul menjadi tuan rumah Pekan Daerah (PEDA) XVII Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) DIY Tahun 2025 yang resmi dibuka Wakil Gubernur DIY, di Taman Budaya Gunungkidul, Rabu (18/6/2025) lalu. Kali ini Kontingen dari Kabupaten Kota Se-DIY Menggalih ilmu dengan berkunjung di beberapa karya petani unggulan di Kalurahan Ngestirejo, Kapanewon Tanjungsari pada, Sabtu (21/06/2025).

PEDA KTNA tahun ini diramaikan oleh pameran UMKM hasil tani dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul, Sleman, Kulon Progo, dan Bantul yang menampilkan produk unggulan, inovasi teknologi, dan potensi agribisnis lokal. Pada kegiatan ini sasaran kunjungan peserta pekan daerah  Kontingen dari Kabupaten Kota se-DIY berkunjung di Kelompok Tani Hasil Karya yang aktif menanam tanaman hortikultura diantaranya berupa brambang dan cabai di setiap musim kemarau. Para peserta antusias menyimak penjelasan kelompok tani setempat dan juga home industri pembuatan pathilo dan lempeng berbahan baku singkong/tela yang telah lama menjadi usaha andalan masyarakat Padukuhan Cabean, Kalurahan Ngestirejo.


Lurah Ngestirejo, menyambut para peserta penuh apresiasi. Ia menyebut PEDA KTNA sebagai momentum konsolidasi para petani dan nelayan dalam mengembangkan sektor agribisnis yang berkelanjutan dan sangat bangga Kabupaten Gunungkidul menjadi tuan rumah Pekan Daerah (PEDA)  KTNA DIY tahun 2025 khususnya Kalurahan Ngestirejo ikut menjadi sasaran kunjungan. “Ini bukan sekedar ajang silaturahmi,tetapi bagaimana kita mengelola produk pertanian lokal dan bisa menjadi produk unggulan, dan mari kita jadikan PEDA ini sebagai lompatan besar menuju pertanian dan perikanan yang mandiri, tangguh, dan berdaya saing tinggi,” tegasnya.


Dikatakan, usaha turun temurun pembuatan pathilo dan lempeng ini yang bertempat di Padukuhan Cabean merupakan usaha yang mempunyai nama yang cukup besar dan banyak dipercaya karena memang sudah lama memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pesanan lokal maupun luar daerah.Meskipun demikian sulitnya sumber air yang digunakan para petani untuk menyirami tanaman para petani di padukuhan Cabean bisa produktif dan ber inovasi. “Walaupun  air di wilayah ini sulit didapatlan untuk menyiram tanaman, tapi petani di sini (Cabean) bisa produktif dan berinovasi menggarap lahan pertanian di lahan kering,” kata Lurah Ngestirejo, Wahyu Suhendri.

Ketua KTNA Gunungkidul, Agung Nugroho, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi seleksi sekaligus persiapan kontingen DIY menuju Pekan Nasional (PENAS) KTNA di Gorontalo. “Melalui rembug paripurna, kami akan memilih delegasi terbaik, termasuk petani milenial yang siap tampil menjadi juara di tingkat nasional. Kami juga bekerja sama dengan BPD dan mitra lain untuk mendukung keberangkatan kontingen,” kata Agung.

“Kami ingin membawa semangat baru. KTNA ke depan harus menjadi wajah baru pertanian yang adaptif dan inovatif,” tegasnya. Dengan pelibatan generasi muda dan dukungan dari pemerintah provinsi serta Kabupaten, Ketua KTNA Gunungkidul optimistis akan menorehkan prestasi di ajang PENAS KTNA 2026 di Gorontalo. 

Pada kegiatan selanjutnya para peserta PEDA KTNA juga mengunjungi salah satu tempat yang dinamakan Greenhouse Taman Agung yang saat ini  para peserta dipaparkan seperti apa pemanfaatan lahan kosong menjadi lahan yang produktif seperti budidaya perikanan, termasuk menciptakan manajemen air untuk budidaya perikanan. “Kegiatan di Greenhouse Taman Agung ini edukasi tentang pemanfaatan lahan rumahan yang kosong tidak terpakai untuk berkolaborasi seperti tanaman buah-buahan,perikanan,“ kata Agung Nugraha

Greenhouse Taman Agung diakui sebagai Smart Agroforestry Cerdas masyarakat karst yang menginisiasi Smart Agroforestry cerdas dengan mengandalkan pemanfaatan lahan kosong sebagai media konservasi produktif seperti di Greenhouse saat ini yaitu perikanan.


Kunjungan ke Greenhouse Taman Agung para peserta juga akan disuguhkan makanan khas setempat dan nantinya juga akan belajar bersama dengan memanfaatkan limbah rumah tangga yaitu minyak jlantah/minyak goreng bekas,yang nantinya akan di olah menjadi lilin aromatic.

Ditutup kegiatan  kunjungan tersebut dengan makan siang bersama,dengan menu khas kuliner lokal yaitu sego gendong. Dilanjutkan para peserta berkunjung ke kawasan wisata Pantai Sundak.

Posting Komentar

0 Komentar